Sedikit contoh kepahitan hidup.

Disini, dengan rasa yang sempat pernah mati, namun seakan saat ini muncul kembali. Aku terlalu bodoh, membiarkan pikiran ini terus tertuju pada-mu lagi. Tapi siapa sangka? Bayangan mu muncul hanya dalam hitungan detik dan menetap tanpa berkutik. Aku sadar, memikirkan mu hanya akan menghabiskan waktu hidup ku. Tapi, mungkin ini cara pikiran ku agar terlepas dari bayang-mu yang saat ini mengganggu jalan pikiran ku.

Dulu, aku pernah berfikir untuk menjadi salah satu kacamata mu, yang dapat memperjelas pandangan mu. Selain itu, otak bodoh ku juga pernah berfikir, kalau aku mampu menjadi lesung pipi mu yang dapat memberikan keunikan dari padangan oranglain. Tapi nyatanya? beginilah aku, yang hanya bisa berangan-angan dan memikirkan hal-hal bodoh yang tak mampu aku raih. Bahkan, saat aku menulis ini, pemikiran bodoh ku lah yang berkerja, sampai pemikiran jernih ku mengeluarkan pendapatnya,

"Kenapa mesti dia yang kau tulis?,bukannya mereka?"

Dan aku sendiri yakin,kalau pemikiran bodoh ku mempunyai alasan untuk melakukan itu semua.

"Karna dia, yang saat ini menempati pikiran ku."

Untuk saat ini, aku hanya bisa memikirkan mu, untuk lebih dari itu? Maaf, aku belum bisa. Bukan karna aku malas untuk berusaha,tapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk kembali berusaha atau lebih buruknya, semuanya sudah berakhir untuk aku berusaha, sebagai mana yang telah kamu katakan waktu itu, aku tak pantas untuk menemani setiap hari mu.

Di setiap saat aku memikirkan itu, terkadang aku bertanya pada diriku sendiri.

"Apa ini yang dinamakan pahitnya hidup?."

Tapi, lagi-lagi pemikiran jernih ku menyangkal.

"Bukan, masih akan ada kepahitan yang lebih dari semua itu."


-Nafidzoroo.

Komentar

Postingan Populer