Ratapan seorang Justin.

Udara pagi ini sangat sejuk,sampai mata ini terasa ingin kembali tertutup. Gue mulai membaringkan diri untuk mencoba kembali menikmati indahnya kasur di pagi hari. Tapi sayangnya semua tak berjalan sesuai rencana tadi, tiba-tiba aja handphone gue berbunyi dengan kerasnya.
"Halo. Kenapa tin?" tanya gue setelah menjawab panggilan dari Justin.
"Ada yang pengen gue ceritain nih. Nanti gue kerumah lo ya." katanya
"Tapi...."
Tut..tuutt..tuuutt.
Belum sempat menuruskan kata-kata,Justin pun langsung menutup teleponnya. Tiba-tiba aja perasaan gue menjadi gaenak, gue takut ada sesuatu yang sedang di hadapinya. 
Apa Justin lagi di kejar-kejar rentenir karena ia ga bisa bayar cicilan baskom emaknya?, atau Justin gabisa bayar bajaj yg udah di naikinya karna ia bangkrut jadi peternak ayam warna-warni?. Entahlah. Itupun baru prediksi gue aja, semoga dia ga lagi ngalamin sesuatu yang buruk. Akhirnya gue mengurungkan niat untuk kembali menikmati kasur di pagi hari, sial memang.
Tak selang lama pintu rumah pun berbunyi.
"Sakitnya tuh disini di dalam hati ku. Sakitnya tuh di sini harganya seribu. Sakit... Sakiittt... " kurang lebih begitu bunyi rumah gue. Maklum baru gue pasang ringtone kemarin. Dengan cepat gue pun langsung membuka pintu.
"Eh ada apa tin?" tanya gue langsung.
"Kasih gue masuk dulu ya." kata Justin.
Gue pun langsung menyuruh dia masuk ke dalam rumah. Sebenernya takut juga sih. Takut di bilang fitnah cyiinn..
"Kenapa sih? Ko lo panik gitu?." tanya gue.
"Jadi gini, gue lagi kangen banget nih sama mantan gue." kata dia.
Justin pun menceritakan semuanya kalo dia lagi kangen banget sama mantannya, sekaligus alasan kenapa dia ga bisa ngungkapin semuanya itu. Intinya dia terlalu gengsi buat nyatain semuanya, kenapa? Karna dia merasa kalau dia udah ga pantes buat ngehubungin mantannya lagi. Dengan gaya seperti seorang pakar cinta, akhirnya gue pun ingin mencoba menanyakan sesuatu kepada Justin.
"Yg nilai elo pantes atau enggaknya bukan diri lo sendiri tin." kurang lebih seperti itu isi khutbah gue. Justin pun hanya membalas dengan tatapan lesu.
"Sekarang gini. Sebelum lo ke sini pasti lo udah stalking akun sosmed dia kan?" tanya gue. Dan seperti dugaan gue, Justin pun mengangguk.
Dengan ilmu-ilmu yg udah gue dapet dari baca di sebagian blog-blog orang lain. Gue pun mencoba memberi saran kepadanya. Kira-kira apa yang lo dapet ketika berhasil stalking akun sosmed dia. Jika lo dapet sesuatu yang lo harepin, seperti kode-kode keras yang berisi kalau dia juga merasakan hal yang sama. Itu sebenernya tanda kalau dia itu udah nunjukin! Dan seharusnya lo sekarang berusaha dan mencoba kembali merjuangin!.
Setelah mejelaskan panjang,lebar kali alas kali tinggi. Akhirnya Justin pun pulang kerumah dan berjanji akan mencoba mengikuti saran yang udah gue kasih. Gue pun ikut lega dan senang ketika ternyata emaknya Justin masih bisa bayar cicilan baskomnya.
Keesokan harinya. Justin pun datang kerumah gue, gue pun sedikit kaget karna kali ini dia datang dengan muka yang sangat murung. "Apa dia udah di turunin dari bajaj karna ga bisa bayar?" kata firasat buruk gue.
Tapi ternyata dugaan gue salah. Dia dateng kerumah gue buat menceritakan efek dari saran gue. Ternyata selama ini Justin terlalu pede kalau kode-kode dari akun sosmed mantannya ternyata bukan buat dirinya, melainkan buat mantannya yg sebelum Justin. Namun Justin baru mengetahui itu semua ketika dia sudah mengungkapkan semua perasaan kepada mantannya. Selain itu, Justin juga menunjukan jawaban pesan yg telah ia terima setelah mengungkapkan perasaannya tersebut. Yang berisi seperti ini.
"Jadi kamu ngehubungin aku karna kangen aja gitu?!!".
Jadi, inti dari gue nulis ini adalah jangan pernah ngehubungin mantan jikalau kamu sekedar kangen,tapi cobalah kamu menghubungkan mantan ketika benar-benar membutuhkan dirinya. Contohnya seperti membutuhkan dia untuk meminjam uangnya,atau menghubungi dia karna sedang membutuhkan baskom milik mamanya.

Komentar

Postingan Populer